Neobux

Sunday, October 22, 2006

dunia WAP

Nasib saya memang mungkin harus kembali bersedih. Keluar kerja menjelang hari raya Lebaran seperti kemarin bukanlah waktu yang tepat. Tapi apa daya. Sialnya lagi, karena Handphone saya yang tergeletak diatas meja membuat orang lain jadi ngiler untuk memiliki. Alhasil, ya diambillah telepon seluler saya itu tanpa memberitahu terlebih dahulu.

Bukankah susah juga berada di dunia seperti sekarang ini tanpa ada telepon seluler? Saya sudah berusaha untuk bertahan tanpa ada bantuan alat komunikasi seperti itu, tetapi apa daya orang lain seperti susah menerima. Dan bagaimanapun juga saya memang membutuhkannya terutama untuk berkomunikasi dengan para penerima surat lamaran saya.

Maka, gaji terakhir saya kemarin itu saya pakai sebagian untuk membeli telepon seluler baru. Dan karena saya berangan mendapatkan pekerjaan di Jakarta, maka orientasi saya mencari handset nya adalah yang menyediakan fasilitas radio. Tujuannya, jelas untuk kembali memanjakan telinga dengan frekuensi radio yang khusus memutarkan lagu-lagu dari genre tertentu seperti Jazz di CnJ (semoga tidak salah) di 99.9 FM dan musik Rock di 89.7 FM yang sampai saat ini saya tidak tahu nama radio nya apa.

Awalnya saya menginginkan handset telepon seluler saya itu tetap seperti apa adanya ketika saya baru membuka bungkus bersegelnya. Tetapi karena kebosanan dengan nada ringtone yang itu itu saja, dan tentu saja, ingin mem-personalisasi-kan handset itu, mau tidak mau saya akhirnya download file lewat jaringan GPRS.

Teman saya merekomendasikan situs http://enwui.net yang memang menyediakan cukup banyak file untuk didownload melalui jaringan telepon seluler. Lama lama saya bosan juga. Lalu saya coba googling dan beberapa hari lalu menemukan http://zedge.com. Di situs ini saya bisa melakukan sedikit kreasi karena (terutama) bisa upload gambar lewat internet (warnet maksudnya..) kemudian di download lewat telepon seluler. Asyiknya lagi, saya bisa menambahkan frame untuk gambar yang diupload.
Dan wuusss... saya upload foto diri saya (dan pasangan saya tercinta) lalu wuusss... saya download ke handphone. Wuuusss...saya akhirnya mem-personalisasi-kan diri saya ke handphone.

Zedge.com ini memberikan rekomendasi untuk gambar yang diupload adalah berukuran 128x128 pixel. Meski demikian saya nekat saja upload gambar berukuran 589x600 pixel dan 596x600 pixel. Memang sih, tetap berhasil uploading dan downloading. Tetapi file yang dihasilkan cukup besar juga. Sekitar 44kB. Dan karena handphone saya tergolong kelas bawah dengan file storage bahkan kurang dari 1 MB, jadinya file gambar itu bikin lemot, lambat, lelet handphone. Menyedihkan.

Apa yang saya lakukan belum juga memuaskan hati. Yang saya inginkan tentu saja adalah memperkecil pixelate gambar dengan harapan setelah itu besar file yang dihasilkan lumayan berkurang. Lalu iseng saya kembali googling dan akhirnya menemukan http://pxn8.com yang bisa edit foto secara langsung tanpa download software terlebih dulu. Tapi sebetulnya ini lebih karena saya males utakatik di photoshop aja. hehehe...

Tapi...ternyata hasilnya kurang memuaskan. File yang saya perkecil pixelate nya di http://pxn8.com membuat gambar pecah. Duh.. ndak tahu deh, entah karena komputer yang saya pakai atau memang hasilnya seperti itu. Anyway, saya tetap upload saja di account saya di zedge.com.

Coba deh.. nanti saya download ke handphone, hasilnya akan seperti apa.

Monday, August 21, 2006

Selamat Ulang Tahun

Menyedihkan atau menyenangkan? Ketika hari kelahiran tiba tanpa ada siapapun di sisi. Friends even the loved one. Noone.

Kemarin saya mematikan ponsel selama hampir 24 jam sebagai tanda berkabung atas perayaan hari kelahiran saya yang tahun ini saya rayakan dengan begitu biasa saja karena memang tidak ada yang dilakukan dan tidak ada yang melakukan apapun untuk saya disini dan membuat saya begitu bahagia atau setidaknya bahagia saja tanpa ada tambahan begitu di depan kata bahagia

Sebagian orang berkata jangan pernah merencanakan sesuatu jauh jauh hari sebelum anda berkeinginan melakukannya karena itu akan berpotensi gagal dan potensi kegagalan itu akan bertambah besar dan semakin membesar tatkala anda membuat perencanaan itu semakin jauh hari oleh karena itu jangan merencanakan sesuatu terlebih lagi memberi janji kepada orang lain untuk melakukan sesuatu bersama pada satu saat tertentu karena ketika itu gagal terjadi maka orang lain yang anda beri janji itu akan begitu sangat kecewa sehingga mungkin dia akan tidak mempercayai anda lagi di kemudian hari kelak dan semoga saja dia tidak akan menularkan ketidakpercayaannya dia ke anda kepada orang lain yang mungkin di diri anda terasa jauh lebih penting ketimbang dia yang sebelumnya pernah merencanakan sesuatu dan anda gagal mewujudkannya.

*sebagian orang lainnya selalu merencanakan segala sesuatu nya jauh jauh hari dengan sangat rapi dan dituntut oleh dirinya sendiri untuk menciptakan kesempurnaan dalam segala hal. FUCK THEM!*

Kemarin malam tanggal duapuluh agustus atau tanggal sembilanbelas malam kota ini seperti mati yang ada hanya senyap sunyi sepi terasa sendiri tak ada lampu dan bebunyi karena memang mati listrik dan itu terjadi dari jam satu tigapuluh dini hari sampai jam sembilan pagi.

Gila!

Saya semalaman nongkrong di stasiun, ngobrol dengan Bambang alias begu si gagu yang dulu pernah saya ceritakan di blog ini. Merokok bersama, minum kopi bersama. Dan itu cukup menyenangkan. Apalagi karena orang-orang hanya berwujud remang remang dengan sedikit cahaya dari beberapa lilin yang dibakar dan ditaruh diatas meja. Kopi dengan cepat menjadi dingin karena airnya memang sudah tinggal hangat saja. Dan lalu rasa kesepian itu menyerang saya dengan begitu hebat.

terimakasih untuk yang mengirimkan ucapan dalam bentuk apapun. terimakasih untuk yang masih mengingat bahwa tanggal duapuluh agustus itu hari yang penting untuk saya tetapi tidak sempat untuk menyampaikan selamatnya. terimakasih untuk yang tidak mengucapkan apapun dan tidak mengingat apapun tentang tanggal itu.

karena memang tidak ada guna nya.

Sunday, August 06, 2006

Blog ini...

Sekian minggu saya tidak menuliskan apapun untuk isi blog ini. Ada rasa malas, ada perasaan kehilangan kata-kata, ada keengganan, ada kebingungan.

Baiklah, saya jabarkan saja.
Rasa malas. Iya, saya sedang terserang rasa malas dengan sangat hebat. Saya malas melakukan apapun. Cucian menumpuk, piring dan gelas kotor bertebaran di kamar, komputer berdebu tidak sempat saya lap. Bahkan untuk makan pun saya malas. Kalau belum lapar sekali, saya malas keluar cari makan. Hm..yang tidak malas saya lakukan tinggal menyalakan komputer, main game sampai mata merem. Atau, pergi ke Game net, main game online berjam-jam. Hahahaha.... [kacau!!]

Untuk urusan kehilangan kata-kata, sebenarnya tidak juga. Saya berkata-kata setiap hari. Mengucapkan ribuan bahkan mungkin jutaan kata dalam hitungan waktu 24 jam, jadi saya sebenarnya tidak kehilangan kata-kata bukan?
*Maksudnya, kata-kata yang indah, yang pantas dimasukkan ke blog*
Itu...tidak juga sebenarnya. Dalam beberapa menit setiap harinya, saya kerap berbicara sendiri. Itu bisa dilakukan sewaktu di kamar dan sendirian, bisa ketika menonton tv (satu hal yang jarang saya lakukan), bisa pula tatkala melaju di atas motor, menyusuri jalanan yang berdebu, pekat, dan mengeluarkan bau khas saat tersiram air hujan. Ah, berbicara sendiri ketika berkendara itu hal yang paling saya lakukan.

Ada keengganan dan kebingungan. Ini karena terkadang saya berpikir beberapa kali untuk menuliskan apa yang terjadi dalam kehidupan saya ke dalam blog ini. Iya, berpikir beberapa kali karena nanti [rasanya] semua orang akan mengetahui kehidupan pribadi saya. Tetapi ketika pikiran seperti itu muncul, biasanya saya langsung menukas, mendebat opini saya sendiri dan berkata:
"Memangnya kamu siapa? PD amat sih kalau blog mu dibaca banyak orang dan lalu ketika kamu bertemu mereka, kamu merasa telah mempermalukan dirimu sendiri dengan membuka semua permasalahan yang dihadapi."

Iya juga ya. Coba sekarang saya tanya kepada anda yang membaca ini: Apakah sebelumnya anda telah mengenal saya dengan baik? Bahkan sangat baik?
Kesimpulan paling sederhananya adalah, bahwa blog saya ini hanya diketahui oleh beberapa teman dekat yang otomatis mereka sudah mengenal saya lebih jah ketimbang dari apa yang saya paparkan di blog ini. Bahwa blog saya ini hanya dibuka oleh mereka yang memang dengan sengaja mengetik rawins[dot]blogspot[dot]com di jendela web browser. Bahwa, andaikata anda yang membaca tulisan di blog saya ini dan anda belum pernah mengenal saya, maka itu adalah karena hasil iseng surfing lewat media surfer terkenal seperti google[dot]com, yahoo[dot]com dan sebagainya dan sebagainya. Dan percayalah, si pembaca blog saya dan belum mengenal saya sebelumnya hanyalah (uhm, mungkin) 5% saja.
Jadi, untuk apa saya menyembunyikan sesuatu, menyimpan keluhkesah yang sebenarnya sangat ingin saya tuliskan disini? Entahlah, saya juga tidak mengerti.

Kebingungan saya berikutnya adalah, tentang bagaimana saya menuliskan segala sesuatu menjadi tulisan yang enak dibaca. Meskipun itu keluhan saya sekalipun, saya cenderung ingin menuliskan dengan kalimat tak langsung, berputar-putar, menggantung, membuat si pembaca hanya bisa menebak apa yang terjadi.

Ketika berpikir tentang hal itu semua, mengenai blog dan perkembangan blogging di masyarakat kita, kadang muncul pertanyaan, sebenarnya mereka membuat blog dan menulis panjang lebar itu untuk tujuan apa?

Friday, July 28, 2006

sekali lagi

Untuk ke sekian kali nya, saya dihujam

Rasanya, tembok ini terlalu tinggi, terlalu tebal, terlalu kokoh untuk dilampaui.

ffhh...

Lelah ini sudah melantakkan tubuh
Tolonglah saya Tuhan
(siapapun engkau)

Sunday, June 11, 2006

Sindrom awal bulan?

Beberapa hari lalu, saya mengeluh kepada seorang teman yang saya kenal di pekerjaan baru,
"wah..dua hari ini kok males banget buat jalan ya?"
Dia tertawa ringan sambil ngomong
"itu biasa, sindrom awal bulan. Itu sudah umum kok, awal bulan males-malesan, pertengahan bulan mulai sibuk, akhir bulan kejar-kejar target."
"ya kalau bisa sih jangan ikut ritme seperti itu. Selalu rajin, jadi di akhir bulan kita tidak diburu target karena sudah nyicil setiap hari."

Alih-alih menyembunyikan kelemahan, saya hanya tertawa mengiyakan keberadaan sindrom itu. Dalam hati, saya mengeluh lagi. Apakah memang seperti ini? Adalah saya bukan saya yang saya tulis di Curriculum Vitae ketika melamar pekerjaan : Menyukai dan cepat mempelajari hal baru dalam pekerjaan, self motivated, dan bla bla...

Dengan pekerjaan sekarang yang minim -bisa dikatakan:tanpa- supervisi, saya bisa bekerja semaunya. Berangkat seenaknya dan menentukan strategi sendiri. Hasilnya, tentu kacau balau di bulan pertama. Karena ini pekerjaan dengan bidang yang sama sekali baru, dan saya memang kacau tanpa supervisi. Nah...

Anyway, ini seperti menguji kemampuan diri sendiri, sampai seberapa mampu saya dapat melakukan apa yang diharapkan dari si Bos.

------


Sampai akhir minggu ini, saya sudah bolos (uh.. tidak melakukan apapun, maksudnya) 4 hari. Awalnya karena berangkat ke Jakarta, lalu menjadi lesu sepulangnya. Rencananya sabtu ini pengin iseng jalan-jalan ngecek stok, tapi ternyata gagal juga. Seharian cuma dikamar, tiduran, main game, baca majalah. Baru keluar kamar setelah jam 9 malam lewat, nongkrong sebentar sambil makan, dan ke Puskom Unsoed cari koneksi internet gratis =).

Sebenarnya agak malas juga. Soalnya, kalau browsing, dijamin bakalan sampai larut malam bahkan pagi. Kalau seperti itu, dijamin pula rokoknya bakal ngebul terus. Padahal kemarin waktu di Jakarta sempat bikin rencana, dua bulan kedepan, bobot tubuhku harus bisa naik minimal 2 kilogram. Kalau seperti ini, melek malam + rokok, mana bisa...??

Sunday, May 21, 2006

eksistensi

Hari Minggu ini akhirnya saya sempat juga beli koran. Ketika saya membuka kolom sastra, ternyata ada kawan lama yang sebenarnya baru pernah ketemu satu kali, waktu itu setelah acara pembacaan puisi di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Yogyakarta. Wah..selamat ya, karya nya masuk di koran nasional. Saya memandang ini satu bentuk penghargaan atas eksistensi teman saya di sastra khususnya puisi.

Tentu saja saya salut karena dari sekian banyak teman yang saya kenal yang bergiat di (terutama) ranah sastra, sedikit yang menggelutinya dengan serius dan akhirnya membuahkan hasil nyata. Selebihnya, selepas kuliah kebanyakan sibuk mencari kerja, dan (mungkin) tidak sempat untuk bersastra ria. <-- seperti saya (apology... hehe)

Ngomong soal eksistensi, saya jadi berpikir tentang diri sendiri. Bukan soal sastra, tetapi soal memilih pekerjaan dan bergabung dengan satu perusahaan dan eksis disana. Sejak lepas kuliah tiga tahun lalu, setiap tahunnya saya berganti pekerjaan. Meloncat dari sana ke sini, mencari pengharapan dan impian bernama karir. Pekerjaan satu ke pekerjaan lain selalu berbeda bidang dan posisi saya juga berubah ubah.

Awal kuliah bekerja (dan belajar) sebagai designer grafis, pindah ke dunia manufacturing di bidang otomotive, beralih ke teknisi server, loncat lagi jadi analis kredit, dan sebentar lagi akan keluar untuk pindah di bagian marketing sebuah PMA. Wah... jangan bingung ya. Soalnya saya sendiri juga bingung. Dari sekian pekerjaan itu, tidak ada yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang saya ambil semasa kuliah.

Kenapa pindah? Alasan paling umum : gaji dan karir. Ada yang gajinya lumayan, karirnya mentok, ada yang berpeluang karir, gajinya kere. Duhh...
Apa yang akan dimasuki sekarang memberikan peluang keduanya? entah, saya belum tahu. Pekerjaan yang akan saya masuki ini benar-benar baru. Bertemu dengan orang-orang baru, terusterang membuat saya stress, tapi sampai saat ini saya masih terus berusaha untuk bertahan dan memaksakan diri. Toh saya pikir ini tidak jelek untuk dijalani.

Eksistensi.
Lalu kapan dan dimana saya bisa eksis? Pekerjaan baru membuat saya harus memulai dari nol.

Anyway, saya coba easy going saja. Perkara duit, karir, dan penghidupan saya kedepannya pasrah saja. Percaya Tuhan selalu cukupkan dan tidak akan pernah memberi beban lebih berat dari yang bisa ditanggung manusia.
amin.

Saturday, May 13, 2006

tuuut....tuuut...

Aduh, itu bukan suara kentut. Bukan juga suara lokomotif kereta. Tapi saya ingin cerita soal betapa para penyedia jaringan telepon selular sekarang berlomba-lomba mencari untung dengan mengganti nada tunggu konvensional yang terdengar tuuut...tuuut.. itu dengan lagu lagu kesukaan. Mereka kasih istilah juga macam-macam.

Dulu, pertama kali saya menelepon teman yang memakai layanan itu, sempat kaget juga. Khawatirnya masuk voice mailbox. Eh ternyata itu nada tunggu. hikz.

Sepertinya bagi para penyedia layanan jaringan telepon itu, bisnis nada tunggu memang sangat menuai untung. Buktinya, mereka gencar sekali melakukan promosi. Dengan banner; iklan di majalah, koran, tabloid; iklan di televisi; spanduk, baliho; dan bla bla lainnya yang saya tidak sempat meriset satu persatu. Berapa biaya untuk promosi besar-besaran seperti itu? Dan tentu saja, membayar para konsultan iklan yang dari hasil kerja mereka, kita para pengguna telepon selular pun termakan bujuk rayuan.

Hasil pengamatan yang saya lakukan sekilas, ada beberapa alasan orang menggunakan layanan mengganti nada tunggu konvensional dengan lagu kesukaan:
1. Suka mengikuti perkembangan teknologi
2. Bosan mendengar nada tunggu konvensional yang biasa terdengar, jadi tidak ingin orang lain yang menelepon dia juga ikut-ikutan bosan
3. Iseng saja ikutan trend terkini
4. Awalnya males ikut-ikutan, tapi ternyata ada lagu kesukaan yang terpilih jadi nada tunggu
5. ......
6. ......

Nomor 5 dan 6 silahkan diisi ^_^.

Konyolnya, satu waktu di perjalanan dari Semarang, orang di sebelah saya mendapat missed call dari adiknya, yang ternyata hanya ingin mendengar lagu yang jadi nada tunggu. Wah... indikasinya, lama-lama orang menghubungi telepon selular teman atau siapapun itu, hanya untuk mendengar lagu. Seperti request di radio saja.

Lama-lama, saya jadi ikutan tertarik pakai layanan nada tunggu itu. Sayangnya kok tidak ada lagu yang lumayan pas ya? <-- wahahahha... ikutan kena rayuan iklan!

Sunday, April 30, 2006

rumah negeri-senja

Orang satu ini, saya belum pernah ketemu. Cuma lihat wajahnya yang di-upload di weblognya. Dan baca beberapa tulisannya di tabloid tempat dia bekerja. Tetapi setiap saya mampir ke "rumah"nya ini, saya selalu merasa lebih dekat. Di posting terakhir tulisan dia, saya sempat memberi satu comment.

Membaca tulisan dia juga selalu menciptakan dorongan saya untuk mengisi "rumah" saya ini dengan kata-kata. Meskipun tidak semeriah dan semenarik tulisannya, pula tak pernah bepergian kemanapun kecuali ubak-ubek di Purwokerto saja, rasanya tetap ada yang ingin saya tulis disini tanpa peduli akan dibaca atau tidak oleh orang lain.

Sepertinya memang hari-hari kedepan saya akan lebih jarang lagi ke warnet. Tentu saja karena pekerjaan ganda yang saya jalani menjadikan waktu yang tersisa menjadi semakin sempit, dan lebih penting lagi, saya berusaha untuk menjalankan program penggemukan badan. Satu cara yang ampuh, mengurangi kadar nikotin di dalam tubuh, dan tidak begadang.

Malam ini, pengecualian. Ini malam minggu, jadinya yaa.... rada bebas. Apalagi seseorang yang jauh di barat sana hari ini sama sekali tak menelepon ataupun berkirim pesan singkat lewat telepon selular. Saya sih (mencoba) maklum, mungkin hari ini dia sibuk sekali.

Alhasil, adik tercinta yang tinggi badannya hampir menyamai saya itu saya tinggal di kamar, tidur sendirian, dan saya melarikan diri dan menghabiskan waktu semalaman di warnet.

Tidak ada yang istimewa, kecuali saya sudah potong rambut. Hahahaha......
Yang jelas, besok senin, orang-orang kantor akan kembali berkomentar soal rambut.
Peduli ah...

Saturday, April 22, 2006

Djokdja....

: ipam


Bagi saya, Djokdja kemarin itu adalah cuma kamu. tanpa kamu, tidak ada djokdja dalam ingatan saya. Dan kebetulan waktu itu ada perasaan aneh "feeling blue" atawa "melo (melankoli)" menyerang saya. jadi yaah... begitulah.
Seperti saat ini, untuk kesekian kalinya saya terkena saturday-night syndrome. Perasaan ini tiba-tiba menjadi aneh, menjadi mudah sedih, gampang tersinggung dan menjadi marah.

Sekian jam di Djokdja waktu itu, sama sekali tidak memuaskan kehausan saya atas rindu menggebu yang saya pendam. Berhari-hari, berjam-jam sebelum akhirnya kita ketemu, saya --terusterang-- menyimpan banyak sekali keinginan dan harapan yang bisa kita wujudkan dalam --hanya-- sekian jam pertemuan. Tentu saja, karena saya menyadari betul kalau kita berdua mempunyai waktu yang sangat pendek. Kehidupan dan kepentingan kita sudah berbeda satu sama lain.

Apa yang saya khawatirkan ternyata benar terjadi, bahwa urusan-urusanmu yang sebenarnya sedikit itu akhirnya menyita banyak waktu karena tiap detik yang berlalu dialokasikan dengan kurang tepat.

Apa yang saya bayangkan tentang sebuah pertemuan kita adalah: ngobrol banyak hal dengan tenang, dengan secangkir kopi dan sebatang rokok terselip di tangan. mengingat banyak hal dari masalalu dan membicarakannya sambil tertawa-tawa, merenung, mengerutkan kening, tertawa lagi, terheran-heran.. dan banyak ekspresi lainnya. Kita juga ngobrol tentang apa yang kira-kira akan terjadi, membayangkan bila hal yang kita bayangkan itu benar-benar terjadi, menciptakan film pendek pada ruang yang kita bangun berdua dengan skenario yang kita susun bersama. Kita akan membicarakan rencana-rencana, angan-angan, cita-cita, khayalan. Dan juga ada diskusi tentang banyak hal serius dan berbau filosofis, sedikit mengenangkan sebuah rumah di kampung Pedan, Klaten.

Saya sebenarnya ingin egois. Merebut dirimu untuk hanya menjadi milik saya sendiri dalam sekian jam itu. Saya tidak rela untuk membagi dirimu dengan teman-teman lain. Tetapi tentu saja itu tidak akan berhasil. Dan pastinya bukan suatu kedewasaan. Dirimu juga dirindukan banyak teman-teman lain. Meskipun apa yang mereka inginkan sama sekali tidak saya sukai.

Djokdja masih saja berisi mahasiswi yang cara berpakaian dan lenggak lenggok gaya nya semakin eksotis, bar yang menyajikan minuman keras seharga puluhan sampai ratusan ribu, diskotek yang hingar-bingar, lesehan gudeg jalan solo dengan beberapa penjualnya yang dengan pura-pura tidak menyadari bahwa payudaranya dipertontonkan dengan sensual. Tetapi itu bukan Djokdja yang saya inginkan

Djokdja juga masih diramaikan dengan pentas seni berupa pembacaan puisi, teater, pameran fotografi, acara musik. Di banyak keremangan juga masih ada diskusi non formal dari wajah bersahaja dengan kaki dinaikkan satu ke atas kursi, menyeduh kopi panas, nyemil gorengan dan asap rokok kretek menguap dari terpal penutup seadanya di angkringan. Diskusi ngalor ngidul beragam topik, dari susahnya hidup sampai masalah politik. Mahasiswa, seniman, wartawan senior, politikus, semuanya hilang di bawah terpal itu. Semuanya melebur menjadi orang biasa.

Itu lah wajah Djokdja yang sebenarnya saya impikan. Tapi, begitulah. Saya tidak boleh menjadi arogan dengan membawamu paksa memasuki kehidupan dan ruang yang kita bangun hanya berdua. Teman-teman lain juga sabar menantimu membagi waktu dengan mereka.

Di Airport itulah, kantuk dan kepala yang terasa berat setelah bersloki-sloki minuman tertenggak semalaman, terpaksa dipinggirkan. Kita punya sisa waktu setengah jam untuk menuangkan perasaan, untuk meluapkan rindu. Hanya setengah jam itulah saya bisa menyandarkan berat beban tanpa harus mengatakan apapun.

Saturday, April 01, 2006

Karyawan = Buruh ??

Bahasa Indonesia memang suka bermain main. satu ungkapan yang sama diberi label tingkatan dengan mempertimbangan kedudukannya di tingkat sosial dan sebagainya dan sebagainya.

Apakah istilah karyawan bisa disamakan dengan buruh? Sebagian orang boleh jadi menolak. Karyawan itu untuk seseorang yang bekerja dengan (cenderungnya) menggunakan otak. Sementara buruh (cenderungnya) menggunakan otot.
Maka kesan yang didapat adalah bahwa yang namanya karyawan itu berpakain bersih, rapi, tidak keringetan, dari pagi sampai sore bubar kantor masih wangi. Sementara buruh adalah yang berpakaian sederhana, karena lebih banyak menggunakan otot, maka lebih berkeringat juga, baru tengah hari pakaian sudah kusut tidak keruan. Dan jelas, ketika bubar kantor / pabrik, bau keringatnya menyebar kemana-mana.

Susahnya adalah, ketika dunia ekonomi mengalami krisis, para pemilik modal jelas mengetatkan ikat pinggang mereka untuk mengurangi biaya perusahaan yang salah satunya memecat alias memPHK orang-orang yang bekerja dengannya. Dan yang tersisa, tugasnya menjadi lebih berat. Si pekerja ini akan dituntut bisa bekerja dengan menggunakan otak dan menggunakan otot. Soal gaji? wah... mikir seribu kali untuk menaikkannya. Padahal, praktis keuntungan si pemilik modal hanya berkurang sedikit saja. Kalau sudah seperti ini, istilah karyawan dengan buruh menjadi rancu.

Dimanapun, di perusahaan apapun, seseorang yang bekerja dengan yang mempekerjakan mempunyai pola pikir yang berbeda. Kecenderungannya adalah seorang yang bekerja itu terus mengeluh karena penghasilan yang diterima selalu merasa kurang dibandingkan dengan biaya hidup yang semakin dan semakin tinggi setiap hari.
Sementara seseorang yang mempekerjakan akan terus berpikir :
"Memangnya kamu siapa, memaksa saya untuk mengeluarkan gaji seenaknya buat kamu ?!"

Kalau sudah seperti ini, wah... jelas komunikasi antara bos dengan bawahan sudah tidak harmonis.

Apalagi kalau ditambah dengan sebagian pekerja yang mempunyai pemikiran, saya harus selalu memberi kesan dan pengabdian terbaik terhadap perusahaan dan bos agar saya diperhatikan lalu bisa naik jabatan dan penghasilan pun bertambah
.
Hm... itu sih bagus ya. Tapi lain cerita kalau untuk tujuan itu, ternyata dia menyikut, menendang, memukul, menusuk teman dari belakang.

Itu namanya : BANGSA(T) PENJILAT.

Percayalah, dimanapun akan tetap ada orang yang seperti itu.

Tuesday, March 21, 2006

mbah... baa !!

Sudah jam 12 malam lewat waktu itu. Aku masih nonton tv. Sebenarnya nggak ada acara menarik. Film yang ada juga biasa-biasa saja. Dari kamar terdengar suara,
... mbah... baa !!!..

hayah. si chubby kebangun. ibu nya sedang tugas malam di rumah sakit milik pemerintah. Chubby tidur sama mbahnya, ibu ku.
Ternyata chubby kebangun, dan melihat mbahnya yang tidur dengan menelungkupkan tangan ke muka --menghindari sinar lampu agar bisa tidur dengan cepat--.
Dikiranya, si mbah sedang mengajaknya bermain ciluk ba.

Alhasil, si mbah putri, mbak kakung, dan aku, pamannya, baru bisa tidur lagi sekitar jam 3 an. Si kecil ini bikin repot, tapi menyenangkan.
Umurnya baru 1 tahun lebih sedikit. Tepatnya berapa bulan, entah aku tak hapal. Hehehe... seorang paman yang payah ya.

Ketika akhirnya dia merem, waduh.. kasur dikuasainya sendirian. berguling sana sini. Si mbah putri nya tersingkir di pinggir.

--- jadi ingat, chubby ku yang jauh disana, kalau tidur juga "menguasai kasur" sendirian ^_^ ---









Thursday, March 09, 2006

Kompas (khusus) Minggu

Dulu, waktu di Cikarang, saya terbiasa membeli koran hanya edisi hari minggu. Alasannya waktu itu karena hanya di edisi hari minggu beberapa koran terbitan nasional itu memunculkan cerpen. Saat itu, karena (sedikit) punya duit, saya biasanya beli 5 koran sekaligus. Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika dan Suara Pembaruan. Sampai teman-teman heran dan akhirnya dongkol karena saya membiarkan koran bertumpuk di ujung kamar. Memang sih, akhirnya ada waktu juga untuk kliping cerpen dan beberapa tulisan menarik.

Setidaknya, 3 bulan terakhir ini saya mulai membeli koran lagi. Cuma tidak sebanyak dulu. Sekarang duit di dompet hanya mampu beli Kompas saja. Dan tema pembelian pun tidak lagi karena urusan mengumpulkan cerpen melulu. Ada yang lebih penting : Iklan Lowongan Pekerjaan. Dan beli Kompas nya bukan cuma hari minggu, tapi juga sabtu. Ya karena memang di dua hari itu iklan lowongan pekerjaan buaaaanyak sekali.
Saking banyaknya iklan lowongan, sampai-sampai saya bosan duluan sebelum meneliti satu persatu dengan harapan ada lowongan yang sekiranya bisa saya masuki sesuai kualifikasi dan pengalaman kerja. Beberapa edisi terakhir malah akhirnya saya tidak pernah membaca iklan lowongan yang bisa memenuhi 3 halaman itu.

Bukannya kemudian tidak dibaca sama sekali sih. Kompas edisi minggu itu sayang sekali kalau dilewatkan. Ada banyak artikel dan tulisan bermutu. Kadang ada perang pena juga. Dan kartun-kartun konyol yang penuh sindiran terhadap situasi dan kondisi terkini.

Diluar artikel dan opini yang ditulis, ada kolom yang selalu menyita perhatian saya, Konsultasi Psikologi.
Di --kalau tidak salah-- 2 edisi yang lalu, ada surat yang dikirim di kolom tersebut, dan lumayan bikin saya tercenung. Karena sedikit banyak, masalah yang diajukan si pengirim surat itu sama dengan masalah yang saya hadapi.

Nah... kalau edisi minggu kemarin ini, ada juga yang lumayan (menonjok) ulu hati saya. Begitu membaca, rasanya langsung deg..!!! Bukan di kolom Konsultasi Psikologi. Entah di kolom apa saya lupa. Mungkin Humaniora.

inti ceritanya : berdamai dengan masa lalu.

beugh..... >_<

Thursday, March 02, 2006

......

katakan padaku,
bagaimana caranya untukku
tidak menjadi
posesif

Tuesday, February 21, 2006

februari kelam

ya ampun...
bulan februari ini, kenapa aku banyak masalah ya?
keributan datang silih berganti.

capek.

Wednesday, February 15, 2006

HaPpY VaLentiNe's DaY

Kalau saja cinta hanyalah sebentuk cokelat di hari valentine, saya takkan pusing memikirkannya karena cinta sebentuk cokelat valentine itu segera habis dimakan dalam hitungan menit. Kalaupun disimpan, paling juga bertahan di sekian minggu untuk kemudian lumer atau malah jadi busuk.
Andai saja cinta hanya ada di hari valentine, saya akan berlaku sehebat-hebatnya, seromantis-romantisnya, secinta-cintanya dengan pacar saya. Dan 364 hari sisanya saya akan menjadi sangat biasa. Menjadi cuek dengan semua orang, tidak perlu repot menelepon atau mengirim sms sekedar menanyakan kabar. Hari valentine adalah saat dimana saya menjadi diri sendiri yang penuh dengan manipulasi.
Jika cinta hanya ada di hari valentine, saya akan mengumbar kata mesra, bilang I love you setiap detik yang terlewati kepada pacar saya.

Tapi cinta bukan cuma sebentuk cokelat di hari valentine. Cinta berbentuk macam-macam dan selalu berubah bentuk sesuai cuaca dan keadaan. Cinta berbentuk buku, berbentuk sandal, berbentuk baju, berbentuk jaket, berbentuk kalimat mesra...
Cinta terwujudkan dengan kecup mesra di kening ketika akan pergi. Membantunya mengumpulkan data dan mencari informasi lewat internet. Cinta disampaikan dengan doa agar pacar saya selalu mendapat hari yang menyenangkan dari Tuhan dan selamat di setiap perjalanan yang dia lakukan.
Ternyata cinta selalu ada setiap saat. 60 detik permenit, 60 menit perjam, 24 jam perhari, 7 hari perminggu, 356 hari pertahun. Cinta ada dan diadakan setiap waktu yang saya lalui. Tidak peduli apakah itu hari valentine atau hari sial. Cinta selalu saya perbarui dengan segala cara, agar bisa selalu dinikmati.
Saya tidak akan mengawetkan cinta karena sesuatu yang diawetkan adalah yang telah busuk. Tidak. Saya membuat cinta dengan berbagai macam bahan dan membentuknya dengan berbagai macam bentuk agar cinta tak pernah lumer bahkan busuk.
Di hari valentine ini, saya akan tetap menjadi diriku yang biasa karena pacar saya sekarang adalah pasangan hidup saya hingga mati nanti. Sekarang, besok, dan kelak dia akan tetap bersama dengan segala kekurangan dan kelebihan. Saya tidak akan menjadi berpura-pura sok hebat, sok romantis, sok macho. Tetapi saya akan terus berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada diri sekarang agar pacar saya semakin hari merasa semakin nyaman dan bangga, dan paham benar kalau pacarnya ini memang pantas dibanggakan tanpa butuh kepura-puraan.
364 hari sisa dalam satu tahun bukan waktu yang singkat. Di dalamnya ada kebahagiaan, kemarahan, kekecewaan, kesedihan. 364 hari sisa dalam satu tahun, saya selalu mencintainya dan tak pernah berakhir di satu hari pun. Kebahagiaan yang ada membuat saya semakin cinta. Kemarahan, kekecewaan dan kesedihan, membuat saya semakin, semakin dan semakin cinta.
Saya hanya akan mengatakan I love you padanya --mungkin cuma-- sekali sehari, tidak setiap waktu. Saya akan mengatakannya dengan (andai dia bisa melihatnya setiap kali saya mengatakannya) dengan mata berbinar. Tidak setiap waktu saya katakan hal itu, karena saya tahu kata I love you pun bisa membuat bosan. Dan saya tak ingin cinta menjadi lumer seketika hanya karena bosan itu muncul.

Cinta bukan cinta kalau tidak dikatakan.
Mari berbahagia di hari valentine, karena ada orang yang selalu memberikan dan memperbarui cintanya setiap waktu.

Monday, February 06, 2006

Love Google

Saking bingungnya mau ngapain sementara nunggu download lumayan lama, akhirnya saya iseng klak-klik dan masuk ke situsnya orang hebat ini. Dia punya beberapa weblog. Yang pertama saya baca sebenarnya di sini dan akhirnya merambah kemana-mana.
Sebenarnya sih pengin kirim e-mail untuk kasih tanggapan. Tapi..alamat e-mailnya mana yah?

Dan kemudian, ada artikel tentang mengapa dan bagaimana pandangannya tentang Google.
Well..kalau saja ada kesempatan saya ngobrol dengan dia, saya akan kasih komentar:
Sama pak. Saya juga suka Google dibanding search engine yang lain.
Kenapa? ndak tahu ya. Cuma, rasanya di Google lebih simpel saja. Tampilannya enak dilihat dan ndak ribet kasih liat hasil pencariannya. Meski untuk beberapa pencarian yang spesifik yang berkaitan dengan software, kadang-kadang saya cari lewat astalavista.com. Lebih banyak saya bermain-main dengan Google. Saya juga sering --selalu-- mencari gambar yang menarik untuk ikut ditampilkan di blog ini dengan Google.

Beberapa bulan lalu (tahun??) ketika Google menyodori user blogger.com untuk memakai fasilitas e-mail gratis, dan menawarkan sistem member gets member dengan satu orang bisa invite 100 orang, saya juga langsung ambil. Tapi itu lebih karena iming-iming e-mail storage yang lumayan besar, 10Gb. Dan ketika sering memakai, ternyata memang nyaman. Sayangnya kadang gmail.com (Google Mail) ini rada susah dibuka. Overall, enak deh. Hasilnya, sekarang kalau sedang terkoneksi dengan internet, secara efektif saya buka 3 email ditempat yang berbeda-beda. Hotmail (ini email saya yang pertama), plasa (sisa kejayaan LCstar.Net) dan Gmail.

Maka menyenangkan ketika membaca tulisan pak Budi Raharjo ini yang menyebutkan bahwa blogger.com beberapa waktu lalu, entah kapan itu, dibeli oleh Google.
Wah.. bisa-bisa addicted beneran sama Google yah...

Saturday, February 04, 2006

hati-hati kalau bicara !!

stop talkin'
Mulutmu harimaumu.
Celaka kalau tidak bisa mengontrol ucapan yang keluar dari mulut. Karena orang yang mendengar belum tentu menerima apa maksud yang ingin kita sampaikan. Subyektifitas menciptakan persepsi sendiri. Maka hati-hati kalau bicara!

Sialnya, beberapa minggu terakhir ini saya sekarang rasanya sedang terus saja salah bicara. Maksudnya sih baik. Ngomong baik, dengan maksud baik. Tapi ternyata diterima dengan tidak baik, dan menjadikan hal-hal yang terjadi ikut-ikutan tidak baik. Dan semuanya menjadi buruk. Menyedihkan sekali.

Apa mungkin memang saya butuh pergi ke ahli kejiwaan ya?? Siapa tahu ternyata kondisi kejiwaan saya saat ini sedang sangat kritis. Karena apa yang terlintas di otak sebagai hal baik, ternyata keluar di mulut dengan buruk. Ibaratnya, di otak menggambar malaikat dengan sepasang sayap lembut di punggung, ternyata begitu keluar lewat mulut dan tangan, menjadi iblis yang membawa senjata trisula, bermuka merah padam, punya taring dan kuping yang menjulur keatas. Bukankah ini sudah kebolak-balik?

Dengan kondisi seperti ini, rasanya ingin menjahit mulut sendiri seperti yang dilakukan para demonstran kasus SUTET. Bedanya, kalau mereka menjahit mulut agar irit makan, kalau saya menjahit mulut, agar irit bicara. Bicara, sekarang menjadi aktifitas yang mengerikan.
Tapi ini juga berbahaya. Melakukan aksi diam berarti membuka peluang untuk menderita stress dan depresi lebih besar. Wah...

Sebenarnya saya sudah berusaha untuk mencari apa yang rusak dan memperbaikinya. Tapi kok belum juga berhasil ya?? Bicara saya malah diterima orang secara lebih ngelantur. Padahal saya sama sekali tidak bermaksud untuk ngelantur.

Sialnya lagi, ketika saya memilih diam, saya pun salah. Dituduh yang tidak-tidak dan seperti mengamini peribahasa "Diam adalah Emas". Serba salah pokoknya.

Meski demikian, saya selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, tidak lagi salah bicara. Saat ini, usaha yang saya lakukan adalah, banyak menulisi dinding kamar dengan tulisan :

B I C A R A = M A T I !!!

Dan bukan cuma di dinding kamar. Saya juga menulis kalimat serupa di tangan, pergelangan, dada, perut, paha, kaki. Bahkan di jidat.

Begitulah. Saya mencoba untuk berbicara dengan baik dan benar. Agar apa yang saya bicarakan diterima dengan maksud yang sama seperti apa yang saya inginkan. Dan bicara saya tidak menjadikan saya susah.

Friday, February 03, 2006

My Cheese has moved !!

Who Moved My Cheese
Beberapa hari kemarin aku baca buku Who Moved My Cheese. Bagus juga bukunya. Aku dapat referensi buku itu dari teman, dan akan mereferensikannya ke beberapa teman yang lain.

Kemarin, ada teman yang tiba-tiba saja datang, dengan wajah lumayan kusut dia cerita kalau sedang ada masalah dengan pacarnya. Temanku ini kerja di Purwokerto, dan pacarnya kerja di Jakarta.

"Ternyata pacaran jarak jauh sama pacaran jarak dekat sama-sama pusing nya ya.." katanya.
Aku cuma ketawa. "Itu tergantung bagaimana menyikapi masalah yang muncul boss,.."

Akhirnya dia cerita panjang lebar soal bagaimana selama ini dia menjalin komunikasi dengan pacarnya. Modal terjalinnya komunikasi hanya lewat telepon dan SMS. Dia, temanku ini, merasa butuh untuk mengirim SMS ke pacarnya setiap hari setidaknya satu. Seringkali memang lebih dari satu. Pulsa telepon seluler nya praktis habis hanya untuk menjalin komunikasi dengan pacarnya itu. Isi SMS itu bisa macam-macam. Cerita tentang dia melakukan apa saja sepanjang hari, atau sekadar bertanya: 'Sudah makan?' 'Sudah mandi?'.. yaah begitu lah, pertanyaan umum. Dan pacarnya yang di Jakarta ini pun melakukan hal yang sama. Berkomunikasi lewat SMS menjadi kebutuhan, bahkan kemudian bergeser menjadi (seperti) sebuah kewajiban. Kalau tidak SMS, berarti (seperti) ada apa-apa. (seperti) Telah terjadi sesuatu.

Lalu masalah muncul karena kemudian masing-masing pihak mulai disibukkan dengan pekerjaan. Kadang situasi hati yang sedang bad mood pun memicu pertengkaran kecil. Untungnya masih bisa teratasi. Hingga akhirnya kemarin tiba-tiba pacarnya telepon dan mengatakan bahwa dia BOSAN. Wah...

Aku tanya "bosan kenapa?"
"katanya sih dia mulai bosan karena merasa terbebani dengan harus membalas SMS, harus memberikan report begitu sampai di rumah sepulang kerja." Muka nya kecut ketika bicara.
"Lho...apa kamu memang mewajibkan dia untuk mesti ngirim SMS?"
"Ya nggak juga. Dulu malah dia yang marah waktu aku nggak kirim satu SMS pun dalam sehari. Sekarang kan aku cuma ngikutin 'gaya' dia. Kok sekarang malah dia yang protes. Ffhh.. perempuan memang susah dipahami ya?!"

Wah.. terang aku langsung ketawa terbahak-bahak. Klasik banget pernyataan terakhirnya itu. Aku yakin, si perempuan --pacarnya itu-- juga bilang, Lelaki susah dipahami!

my cheese
Lalu setelah aku lihat dia sedikit mereda, aku mulai berkomentar dengan menyadur inti cerita yang ada di Who Moved My Cheese itu.

"Your Cheese has moved!" aku bilang.
Cheese yang kumaksudkan adalah kenikmatan, kebahagiaan.

"Berhentilah mengeluh. Lebih baik berpikir bagaimana mengatasi kebosanan dia tanpa menjadikan segalanya lebih buruk. Kamu gak pengin pacaranmu berakhir cuma segini kan? Sepertinya kalian juga terjebak dengan kenyataan semu, bahwa modal kalian berkomunikasi saat ini cuma lewat SMS. Padahal cinta itu urusan hati, bukan teknologi. SMS, telepon, email, dan sebagainya itu kan cuma media. Kenapa kalian malah meributkan medianya, bukan beritanya? berkomunikasilah dengan hati boss..!
"Cheese mu itu adalah kebiasaan kalian untuk berkomunikasi lewat SMS, dan kalian merasa nyaman dengan kondisi itu. Kalau sekarang Cheese nya tidak ada di tempat biasanya, bukan berarti kalian berhenti untuk mulai mencari Cheese berikutnya. Bersiaplah untuk selalu menghadapi persoalan yang datang tanpa menjadi putus asa.

"Atau...kamu sempat berpikir untuk mengakhiri hubungan kalian?" Aku mencoba menebak.
"Nggak !!! Tidak sama sekali.." jawabnya keras, hampir berteriak.
"hehehe... kalem.... aku kan cuma tanya. Gak usah jadi emosi gitu."

... bla bla bla ...

nah nah.. aku mulai menjadi advisor lagi.

Beberapa menit setelahnya, aku menepuk bahunya dengan hangat lalu memandang punggungnya menjauh dari pintu kamar.

Mendadak kedua mataku terasa begitu panas.
My Cheese has also moved. kataku lirih

Saturday, January 21, 2006

empat belas tahun yang lalu

Tidak terasa ya, ternyata bapak sudah 'pergi' empat belas tahun yang lalu. Tepat hari ini. Tanggal 21 Januari.

Dan aku masih belum bisa menjadi seseorang yang bisa dibanggakan, seperti yang diharapkan bapak dulu. Aku masih belum bisa membuat ibu bahagia dan bersemangat saat bercerita tentangku kepada orang-orang yang bertanya. Aku juga belum bangga dengan diriku sendiri. Aku masih sering Jarkoni --ngajar ora bisa nglakoni--, menjadi sok pinter, sok tegar, sok hebat.

Agustus tahun ini umurku 26 tahun. Dua puluh enam.
d u a p u l u h e n a m t a h u n .....
Wah !!!!. Dan aku belum punya apa-apa!!!

Tabungan? waduh!. Barang berharga? walah!

Aku cuma punya optimis. Disini, di dalam otak dan hati.

Friday, January 13, 2006

Senja itu pagi

Sudah kukatakan padamu, tak pernah ada yang abadi di dunia ini. Seperti matahari yang setiap pagi muncul di ufuk timur, sore nya pasti akan tenggelam di ujung barat. Apapun yang terjadi di bumi, matahari pasti akan tetap terbenam. Pasti !!
Kecuali apabila Tuhan Pencipta Semesta Alam ini menghendaki lain, dan seperti yang termaktub di kitab suci segala agama, akan ada akhir dunia. Tergambarkan juga jika matahari --ketika saat itu tiba-- akan membakar bumi. Tidak seperti hari-hari yang sedang dan telah kita lalui, matahari muncul di timur, memberikan terang, lalu tenggelam di barat, meninggalkan kita pada gelap.

Jangan takut pada gelap
Karena gelap melindungi kita
dari kelelahan


Seperti itu lirik sebuah lagu kalau tidak salah.

Maka tak usah menjadi hancur karena sebuah perpisahan. Kau pun tahu dari awal bahwa setiap pertemuan akan berakhir dengan perpisahan. Tinggal bagaimana perpisahan itu terjadi. Menangis lah. Itu wajar kok. Tapi, sebentar saja. Menangis terlalu lama hanya akan membuat kerut di mata. Cuma memerahkan bola matamu. Menangis terlalu lama itu tak baik. Selama apapun kau menangis, yang telah pergi tak akan pernah kembali.

Dan setelah malam, akan muncul pagi hari. Tuhan setia mengingatkan kita untuk sebuah terang yang akan datang. Kembali tegar menghadapi masalah, bukan lari menghindar dan bersembunyi selayaknya pecundang yang tunggang langgang.

Terang siang adalah waktunya bagi kita mewujudkan apa yang sudah muncul dalam mimpi semalam. Maka tak ada gunanya pula terus menerus menelungkupkan muka yang sembab di atas bantal.

Cucilah mukamu dan mulailah berjalan keluar.

Sunday, January 01, 2006

Happy New Year 2006



HapPY NeW YeAr 2006


more wishes..more dreams..more spirit..