Neobux

Sunday, January 13, 2008

Soto Betawi

Fakta bahwa Indonesia itu kaya wisata kuliner, siapa yang menyangkal? Coba sebutkan deh, ada berapa jenis soto yang kamu tahu? Lebih dari 5?
Yang paling mudah diingat barangkali Soto Betawi, dan Coto Makassar (bener nggak tulisannya yaa...)
Buatku yang lahir dan besar di Kab. Banyumas, lidah sudah amat terbiasa dengan Soto Sokaraja. Satu kecamatan di wilayah Kab. Banyumas yang lebih akrab dikenal dengan Gethuk Gorengnya.
Soto di wilayah Banyumas dan sekitarnya terasa 'penuh' dengan kecambah dan kerupuk yang diremas habis. Juga daging ayam yang disuwir kecil-kecil. Satu mangkok akan penuh dengan 3 jenis bahan tadi.
Lalu begitu tinggal di Jogja, merasakan soto yang banyak dijual di Jogja untuk kalangan mahasiswa, kaget juga. Sempat keluar komentar, "ini soto atau sop ya?" Karena lebih banyak air daripada isinya. Hahahaha

Eh, ini bukan cerita tentang wisata kuliner. Ini cerita tentang warung soto milik pak Haji yang ada persis di depan kantor. Entah siapa nama aslinya pak Haji ini, aku tak pernah benar-benar mencari tahu. Orang-orang memanggilnya pak Haji, maka kupanggil juga beliau seperti itu.
Warung soto pak Haji ini buka setiap hari. Diurusi hampir sekitar 10 orang anak buahnya termasuk 1 anak pak Haji. Rombongan ini datang setiap sore sekitar jam 17.00 dengan mobil minibus jenis elf. Berdesakan? Tentu! Karena bukan hanya memuat orang, tetapi juga bahan racikan soto. Naik mobil? Ya. Soalnya mereka tinggal di sekitar Balaraja, yang meskipun lewat tol masih saja bakal menghabiskan waktu hampir 2 jam di jalan untuk sampai di sekitaran Pancoran ini. Itu juga kalau jalan tol lancar. Kalau kebetulan macet parah? Wah, mereka bisa baru sampai sekitar jam 18.30an.

Entah apa istimewanya rasa soto ini, yang jelas mereka para pelanggan soto pak Haji ini bukan dari kalangan kelas bawah. Bisa dibilang, 80% pelanggannya bawa mobil yang kutaksir harganya diatas 200 jutaan semua. Dari mobil Eropa macam Mercedez-Benz, BMW, sampai Toyota Kijang Krista. Style pakaian mereka jelas pula bukan yang dijual di pasar Tanahabang seharga dibawah 100 ribuan. Dan para perempuannya, hmm.... wangi. Sumpah!
Mereka ini, para pelanggan setia soto pak Haji, bahkan rela menunggu kalau misal pak Haji dan rombongan datang telat. Mereka rela antri duduk di kursi kayu panjang yang disediakan untuk para penikmat soto. Dengan pemandangan kemacetan jl. tebet barat dalam yang kutaksir hanya selebar 8-10 meter ini, dengan panasnya cuaca di Jakarta, tanpa AC, apalagi musik Jazz yang biasanya diputar di cafe dan resto mahal.

Apa yang membuat mereka begitu setia dengan soto ini? Selentingan nada miring yang kudengar, "aji penglarisnya kuat tuh." Walah.
Sebagai manusia yang bukan tukang wisata kuliner, yang kurasakan istimewa dari soto ini cuma 1. Kuahnya pake susu segar!. Tapi, nah.. ini tapi yang paling tapi. Istimewanya soto ini adalah, karena aku selalu dapat satu mangkok penuh tanpa bayar. Hahahahaha..
Eh, bukan karena minta gratisan. Tapi karena memang pak Haji selalu 'memaksaku' untuk menikmati sotonya. Sekalinya aku memang ingin soto itu dan akan membayarnya seperti para pembeli lain, pasti ditolak keras. Bukan cuma pak Haji yang bertingkah seperti itu, tapi juga seluruh karyawannya. Dan tidak ada ekspresi kepura-puraan yang kulihat selama ini. Semuanya tulus berbagi.
Apa karena kebetulan tempat mereka berjualan itu persis di halaman kantor tempatku bekerja, sehingga mereka seperti 'membayar upeti'? kurasa nggak juga. Para tukang parkir liar yang ada disekitar situ pun dapat jatah 1 mangkok soto, kapanpun mereka mau. Si Lae, tukang parkir asal tanah Batak yang mangkal disitu pernah sekali kutanya tentang kedermawanan pak Haji. Dia ketawa waktu aku curhat kalau nggak enak keseringan dikasih soto gratis. Jawabnya cuma satu, "ya pak Haji emang gitu. Gw aja sering alesan ini itu biar nggak ambil sotonya."

Terlepas dari istimewanya rasa soto pak Haji, bisa jadi, inilah aji penglarisnya pak Haji dalam berdagang. Selalu berbagi dengan yang lain. Semangkok soto yang dibagikan gratis akan dibalas dengan larisnya dagangan. Tanpa harus pergi ke dukun atau paranormal. Apalagi sampai sesembahan sesaji di satu tempat antah berantah.

Dan eh, yang datang kesini bukan cuma bos A, direktur B, manager C. tapi juga beberapa selebritis. Salah satunya ya yang berhasil kutangkap di kamera hp K800i ku ini :D Ringgo dan Ramon.