Neobux

Tuesday, February 21, 2006

februari kelam

ya ampun...
bulan februari ini, kenapa aku banyak masalah ya?
keributan datang silih berganti.

capek.

Wednesday, February 15, 2006

HaPpY VaLentiNe's DaY

Kalau saja cinta hanyalah sebentuk cokelat di hari valentine, saya takkan pusing memikirkannya karena cinta sebentuk cokelat valentine itu segera habis dimakan dalam hitungan menit. Kalaupun disimpan, paling juga bertahan di sekian minggu untuk kemudian lumer atau malah jadi busuk.
Andai saja cinta hanya ada di hari valentine, saya akan berlaku sehebat-hebatnya, seromantis-romantisnya, secinta-cintanya dengan pacar saya. Dan 364 hari sisanya saya akan menjadi sangat biasa. Menjadi cuek dengan semua orang, tidak perlu repot menelepon atau mengirim sms sekedar menanyakan kabar. Hari valentine adalah saat dimana saya menjadi diri sendiri yang penuh dengan manipulasi.
Jika cinta hanya ada di hari valentine, saya akan mengumbar kata mesra, bilang I love you setiap detik yang terlewati kepada pacar saya.

Tapi cinta bukan cuma sebentuk cokelat di hari valentine. Cinta berbentuk macam-macam dan selalu berubah bentuk sesuai cuaca dan keadaan. Cinta berbentuk buku, berbentuk sandal, berbentuk baju, berbentuk jaket, berbentuk kalimat mesra...
Cinta terwujudkan dengan kecup mesra di kening ketika akan pergi. Membantunya mengumpulkan data dan mencari informasi lewat internet. Cinta disampaikan dengan doa agar pacar saya selalu mendapat hari yang menyenangkan dari Tuhan dan selamat di setiap perjalanan yang dia lakukan.
Ternyata cinta selalu ada setiap saat. 60 detik permenit, 60 menit perjam, 24 jam perhari, 7 hari perminggu, 356 hari pertahun. Cinta ada dan diadakan setiap waktu yang saya lalui. Tidak peduli apakah itu hari valentine atau hari sial. Cinta selalu saya perbarui dengan segala cara, agar bisa selalu dinikmati.
Saya tidak akan mengawetkan cinta karena sesuatu yang diawetkan adalah yang telah busuk. Tidak. Saya membuat cinta dengan berbagai macam bahan dan membentuknya dengan berbagai macam bentuk agar cinta tak pernah lumer bahkan busuk.
Di hari valentine ini, saya akan tetap menjadi diriku yang biasa karena pacar saya sekarang adalah pasangan hidup saya hingga mati nanti. Sekarang, besok, dan kelak dia akan tetap bersama dengan segala kekurangan dan kelebihan. Saya tidak akan menjadi berpura-pura sok hebat, sok romantis, sok macho. Tetapi saya akan terus berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada diri sekarang agar pacar saya semakin hari merasa semakin nyaman dan bangga, dan paham benar kalau pacarnya ini memang pantas dibanggakan tanpa butuh kepura-puraan.
364 hari sisa dalam satu tahun bukan waktu yang singkat. Di dalamnya ada kebahagiaan, kemarahan, kekecewaan, kesedihan. 364 hari sisa dalam satu tahun, saya selalu mencintainya dan tak pernah berakhir di satu hari pun. Kebahagiaan yang ada membuat saya semakin cinta. Kemarahan, kekecewaan dan kesedihan, membuat saya semakin, semakin dan semakin cinta.
Saya hanya akan mengatakan I love you padanya --mungkin cuma-- sekali sehari, tidak setiap waktu. Saya akan mengatakannya dengan (andai dia bisa melihatnya setiap kali saya mengatakannya) dengan mata berbinar. Tidak setiap waktu saya katakan hal itu, karena saya tahu kata I love you pun bisa membuat bosan. Dan saya tak ingin cinta menjadi lumer seketika hanya karena bosan itu muncul.

Cinta bukan cinta kalau tidak dikatakan.
Mari berbahagia di hari valentine, karena ada orang yang selalu memberikan dan memperbarui cintanya setiap waktu.

Monday, February 06, 2006

Love Google

Saking bingungnya mau ngapain sementara nunggu download lumayan lama, akhirnya saya iseng klak-klik dan masuk ke situsnya orang hebat ini. Dia punya beberapa weblog. Yang pertama saya baca sebenarnya di sini dan akhirnya merambah kemana-mana.
Sebenarnya sih pengin kirim e-mail untuk kasih tanggapan. Tapi..alamat e-mailnya mana yah?

Dan kemudian, ada artikel tentang mengapa dan bagaimana pandangannya tentang Google.
Well..kalau saja ada kesempatan saya ngobrol dengan dia, saya akan kasih komentar:
Sama pak. Saya juga suka Google dibanding search engine yang lain.
Kenapa? ndak tahu ya. Cuma, rasanya di Google lebih simpel saja. Tampilannya enak dilihat dan ndak ribet kasih liat hasil pencariannya. Meski untuk beberapa pencarian yang spesifik yang berkaitan dengan software, kadang-kadang saya cari lewat astalavista.com. Lebih banyak saya bermain-main dengan Google. Saya juga sering --selalu-- mencari gambar yang menarik untuk ikut ditampilkan di blog ini dengan Google.

Beberapa bulan lalu (tahun??) ketika Google menyodori user blogger.com untuk memakai fasilitas e-mail gratis, dan menawarkan sistem member gets member dengan satu orang bisa invite 100 orang, saya juga langsung ambil. Tapi itu lebih karena iming-iming e-mail storage yang lumayan besar, 10Gb. Dan ketika sering memakai, ternyata memang nyaman. Sayangnya kadang gmail.com (Google Mail) ini rada susah dibuka. Overall, enak deh. Hasilnya, sekarang kalau sedang terkoneksi dengan internet, secara efektif saya buka 3 email ditempat yang berbeda-beda. Hotmail (ini email saya yang pertama), plasa (sisa kejayaan LCstar.Net) dan Gmail.

Maka menyenangkan ketika membaca tulisan pak Budi Raharjo ini yang menyebutkan bahwa blogger.com beberapa waktu lalu, entah kapan itu, dibeli oleh Google.
Wah.. bisa-bisa addicted beneran sama Google yah...

Saturday, February 04, 2006

hati-hati kalau bicara !!

stop talkin'
Mulutmu harimaumu.
Celaka kalau tidak bisa mengontrol ucapan yang keluar dari mulut. Karena orang yang mendengar belum tentu menerima apa maksud yang ingin kita sampaikan. Subyektifitas menciptakan persepsi sendiri. Maka hati-hati kalau bicara!

Sialnya, beberapa minggu terakhir ini saya sekarang rasanya sedang terus saja salah bicara. Maksudnya sih baik. Ngomong baik, dengan maksud baik. Tapi ternyata diterima dengan tidak baik, dan menjadikan hal-hal yang terjadi ikut-ikutan tidak baik. Dan semuanya menjadi buruk. Menyedihkan sekali.

Apa mungkin memang saya butuh pergi ke ahli kejiwaan ya?? Siapa tahu ternyata kondisi kejiwaan saya saat ini sedang sangat kritis. Karena apa yang terlintas di otak sebagai hal baik, ternyata keluar di mulut dengan buruk. Ibaratnya, di otak menggambar malaikat dengan sepasang sayap lembut di punggung, ternyata begitu keluar lewat mulut dan tangan, menjadi iblis yang membawa senjata trisula, bermuka merah padam, punya taring dan kuping yang menjulur keatas. Bukankah ini sudah kebolak-balik?

Dengan kondisi seperti ini, rasanya ingin menjahit mulut sendiri seperti yang dilakukan para demonstran kasus SUTET. Bedanya, kalau mereka menjahit mulut agar irit makan, kalau saya menjahit mulut, agar irit bicara. Bicara, sekarang menjadi aktifitas yang mengerikan.
Tapi ini juga berbahaya. Melakukan aksi diam berarti membuka peluang untuk menderita stress dan depresi lebih besar. Wah...

Sebenarnya saya sudah berusaha untuk mencari apa yang rusak dan memperbaikinya. Tapi kok belum juga berhasil ya?? Bicara saya malah diterima orang secara lebih ngelantur. Padahal saya sama sekali tidak bermaksud untuk ngelantur.

Sialnya lagi, ketika saya memilih diam, saya pun salah. Dituduh yang tidak-tidak dan seperti mengamini peribahasa "Diam adalah Emas". Serba salah pokoknya.

Meski demikian, saya selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, tidak lagi salah bicara. Saat ini, usaha yang saya lakukan adalah, banyak menulisi dinding kamar dengan tulisan :

B I C A R A = M A T I !!!

Dan bukan cuma di dinding kamar. Saya juga menulis kalimat serupa di tangan, pergelangan, dada, perut, paha, kaki. Bahkan di jidat.

Begitulah. Saya mencoba untuk berbicara dengan baik dan benar. Agar apa yang saya bicarakan diterima dengan maksud yang sama seperti apa yang saya inginkan. Dan bicara saya tidak menjadikan saya susah.

Friday, February 03, 2006

My Cheese has moved !!

Who Moved My Cheese
Beberapa hari kemarin aku baca buku Who Moved My Cheese. Bagus juga bukunya. Aku dapat referensi buku itu dari teman, dan akan mereferensikannya ke beberapa teman yang lain.

Kemarin, ada teman yang tiba-tiba saja datang, dengan wajah lumayan kusut dia cerita kalau sedang ada masalah dengan pacarnya. Temanku ini kerja di Purwokerto, dan pacarnya kerja di Jakarta.

"Ternyata pacaran jarak jauh sama pacaran jarak dekat sama-sama pusing nya ya.." katanya.
Aku cuma ketawa. "Itu tergantung bagaimana menyikapi masalah yang muncul boss,.."

Akhirnya dia cerita panjang lebar soal bagaimana selama ini dia menjalin komunikasi dengan pacarnya. Modal terjalinnya komunikasi hanya lewat telepon dan SMS. Dia, temanku ini, merasa butuh untuk mengirim SMS ke pacarnya setiap hari setidaknya satu. Seringkali memang lebih dari satu. Pulsa telepon seluler nya praktis habis hanya untuk menjalin komunikasi dengan pacarnya itu. Isi SMS itu bisa macam-macam. Cerita tentang dia melakukan apa saja sepanjang hari, atau sekadar bertanya: 'Sudah makan?' 'Sudah mandi?'.. yaah begitu lah, pertanyaan umum. Dan pacarnya yang di Jakarta ini pun melakukan hal yang sama. Berkomunikasi lewat SMS menjadi kebutuhan, bahkan kemudian bergeser menjadi (seperti) sebuah kewajiban. Kalau tidak SMS, berarti (seperti) ada apa-apa. (seperti) Telah terjadi sesuatu.

Lalu masalah muncul karena kemudian masing-masing pihak mulai disibukkan dengan pekerjaan. Kadang situasi hati yang sedang bad mood pun memicu pertengkaran kecil. Untungnya masih bisa teratasi. Hingga akhirnya kemarin tiba-tiba pacarnya telepon dan mengatakan bahwa dia BOSAN. Wah...

Aku tanya "bosan kenapa?"
"katanya sih dia mulai bosan karena merasa terbebani dengan harus membalas SMS, harus memberikan report begitu sampai di rumah sepulang kerja." Muka nya kecut ketika bicara.
"Lho...apa kamu memang mewajibkan dia untuk mesti ngirim SMS?"
"Ya nggak juga. Dulu malah dia yang marah waktu aku nggak kirim satu SMS pun dalam sehari. Sekarang kan aku cuma ngikutin 'gaya' dia. Kok sekarang malah dia yang protes. Ffhh.. perempuan memang susah dipahami ya?!"

Wah.. terang aku langsung ketawa terbahak-bahak. Klasik banget pernyataan terakhirnya itu. Aku yakin, si perempuan --pacarnya itu-- juga bilang, Lelaki susah dipahami!

my cheese
Lalu setelah aku lihat dia sedikit mereda, aku mulai berkomentar dengan menyadur inti cerita yang ada di Who Moved My Cheese itu.

"Your Cheese has moved!" aku bilang.
Cheese yang kumaksudkan adalah kenikmatan, kebahagiaan.

"Berhentilah mengeluh. Lebih baik berpikir bagaimana mengatasi kebosanan dia tanpa menjadikan segalanya lebih buruk. Kamu gak pengin pacaranmu berakhir cuma segini kan? Sepertinya kalian juga terjebak dengan kenyataan semu, bahwa modal kalian berkomunikasi saat ini cuma lewat SMS. Padahal cinta itu urusan hati, bukan teknologi. SMS, telepon, email, dan sebagainya itu kan cuma media. Kenapa kalian malah meributkan medianya, bukan beritanya? berkomunikasilah dengan hati boss..!
"Cheese mu itu adalah kebiasaan kalian untuk berkomunikasi lewat SMS, dan kalian merasa nyaman dengan kondisi itu. Kalau sekarang Cheese nya tidak ada di tempat biasanya, bukan berarti kalian berhenti untuk mulai mencari Cheese berikutnya. Bersiaplah untuk selalu menghadapi persoalan yang datang tanpa menjadi putus asa.

"Atau...kamu sempat berpikir untuk mengakhiri hubungan kalian?" Aku mencoba menebak.
"Nggak !!! Tidak sama sekali.." jawabnya keras, hampir berteriak.
"hehehe... kalem.... aku kan cuma tanya. Gak usah jadi emosi gitu."

... bla bla bla ...

nah nah.. aku mulai menjadi advisor lagi.

Beberapa menit setelahnya, aku menepuk bahunya dengan hangat lalu memandang punggungnya menjauh dari pintu kamar.

Mendadak kedua mataku terasa begitu panas.
My Cheese has also moved. kataku lirih