Neobux

Thursday, May 20, 2004

Seeking new job

Kebosanan sudah mencapai titik klimaks. Beberapa teman, saudara, dan terutama bunda tersayang mengkhawatirkan apakah pekerjaan baru yang aku dapatkan memang lebih baik bagi aku atau tidak. Bagaimana pula dengan biaya hidup sebagai kaum urban? masuk ke pekerjaan baru berarti memulai dari nol lagi. dan bla bla bla...
Ini sudah kepalang basah, aku beberapa kali tidak masuk di pekerjaanku yang lama, lagipula dengan bertahan dalam kondisi seperti ini, mungkin bukan aku saja yang akan bermasalah, tapi 'pembawa' ku juga akan bermasalah.
Yah begitulah, tanggal 21 ini mungkin aku akan mengajukan surat pengunduran diri (semoga belum dipecat lebih dulu).

Tuesday, May 04, 2004

There She Goes

Sixpence None The Richer - There She Goes

There she goes
There she goes again
Racing through my brain
And I just can't contain
This feeling that remains
There she goes
There she goes again
Pulsing through my vains
And I just can't contain
This feeling that remains

There she goes (there she goes again)
There she goes again (there she goes again)
Racing through my brain (there she goes again)
And I just can't contain
This feeling that remains

There she goes

There she goes again
She calls my name
Pulls my train
No one else could heal my pain
And I just can't contain
This feeling that remains

There she goes (she calls my name)
There she goes again (she calls my name)
Chasing down my lane (she calls my name)
And I just can't contain
This feeling that remains

There she goes (there she goes again)
There she goes (there she goes again)
There she goes

Ini lagu mengingatkan aku dengan banyak hal. Kenangan kuliah, cerpen H. Umar Kayam, dan seseorang di Bandung yang nyaman.

Sunday, May 02, 2004

Merdeka

     Git, mulai hari ini, aku menjadi urban! seperti kamu, dan manusia-manusia lain, baik yang sudah maupun yang akan. Apa yang kita cari?

Seorang teman mengirim sebuah surat elektronik dan memulai pertanyaan dengan "Apa yang kita cari?" Adakah yang perlu dicari? Mencari apa?

Hidup, seperti kata Kurt Vonnegut, hanyalah seperiuk tai! Tak pernah benar-benar kupahami apa maksudnya, setidaknya yang kutangkap adalah, hidup ini begitu menjijikkan dan betapa semuanya hanya berputar-putar saja. Seperti tai, berasal dari makanan, diolah di perut, menjadi tai, terkburai tanah meresap menghidupkan tanaman, tanaman dimakan ayam, dan kita memakan ayam dan tanaman itu, hingga kemudian dicerna ulang di dalam perut, dan menjadi tai lagi. Betapa semuanya hanya berputar-putar saja.

Tak pernah ada yang baru di dunia ini. Konon, Tuhan hanya menciptakan roh manusia dengan jumlah yang tetap. Roh hanya berpindah saja, menempati tubuh hingga saatnya tubuh itu membusuk, lalu ia pergi dan kembali lagi dengan tubuh baru. Konon, roh manusia sudah mengenal satu sama lain, itulah mengapa kita terkadang merasa mengenal dengan baik seseorang yang baru kita lihat meski sebelumnya belum pernah sekalipun kenal. Itulah, karena roh manusia sebenarnya saling mengenal baik satu sama lain.

Tak pernah ada yang baru di dunia ini. Langit selalu biru dimanapun kita memandangnya di dunia ini (mungkin di Negeri Senja adalah pengecualian :P ) "Kehidupan baru" milik temanku itu juga sebenarnya bukanlah baru. Ia telah mengalaminya dulu. Bergelut dengan kapitalisme bukan kali ini saja, dari sebelum kita lahir, ternyata "kapitalisme" --istilah yang menyesakkan dada ketika masih senang berdemonstrasi-- sudah mengungkungi hidup. Susu bayi, pakaian, buku, dunia pendidikan, televisi, bla bla bla....

     Masihkah kita meributkan esensi? sedangkan dia terkungkung tak berdaya dalam eksistensi? Bukankah keduanya ada, tanpa kita harus repot-repot membedakan dan mengutamakan salah satu? Ah, begitulah setidaknya yang saya tangkap dari Mula Sadra. Yang kemudian oleh Syeh Siti Jenar dianjurkan untuk menerima hidup ini sebagai proses yang mesti kita lewati sebagaimana kodratnya. Dan, telah kita dapatkan wejangan Ki Ageng Suryametaram tentang hakikat "merdeka", kita pun harus merasa merdeka dengan keadaan seperti ini.

Ia menulis di alinea berikutnya. Tulisannya membuatku tercenung sesaat. Merdeka? Merasa merdeka? Ya...ya.. merasa merdeka lah yang jauh lebih sulit ketimbang merdeka itu sendiri.