Neobux

Wednesday, December 22, 2004

Kembang Api

Biasanya kembang api hanya kulihat di keramaian perayaan tahun baru. Tapi kali ini tidak.
Malam itu sungguh sepi, sunyi, senyap, lengang tanpa ricuh apapun.
"Akan kutunjukkan sesuatu" kata temanku.
"Apa?" aku tak peduli. Lebih peduli dengan pekat malam dan indahnya dunia tanpa keributan.
Dan ia menunjukkanku sebatang kembang api.
"Punya siapa? Untuk apa?"
"Entah punya siapa, aku tak tahu. Tapi ia tergeletak di tempatku sudah lama."
"Nggak mungkin itu bukan punya siapa-siapa."
"Mungkin dulu nya punya seseorang, tapi sekarang entahlah. Aku sudah bilang kan..? Ini tergeletak di tempatku sudah lama!"
"Lalu untuk apa kau tunjukkan padaku?"
Dinyalakannya korek api, dibakarnya kembang api sebatang itu. Nyaris tanpa suara, hanya desis panjang saat kembang api itu meluncur ke udara. Menembus pekat malam yang sepi, sunyi, senyap. Lengang.
Aku hanya menatapnya. Menyaksikan warna warna yang muncul saat kembang api itu akhirnya meledak, membuncahkan setiap bagian kecilnya dalam warna warna yang, sungguh baru kali ini aku melihat warna warna begitu indah.
Mataku terpana memandang ke angkasa hitam. Mulutku kukunci rapat-rapat. Sungkan rasanya kalau temanku menyadari bahwa aku pada akhirnya mengagumi kembang api itu.
Aku menyaksikannya hingga letupan terakhir. Mulutku masih terkunci rapat. Tapi di dalam hatiku, telah ada peperangan.
"Wow.. sungguh indah"
"Ya. Sungguh indah"
"Aku jatuh cinta.."
"Hah..??"
"Ya aku jatuh cinta."
"Jatuh cinta dengan siapa?"
"Bukan dengan siapa, tapi dengan apa."
"Ya, apa?"
"Kembang api itu."
"Wah.. kenapa bisa jatuh cinta...??"
"Warna warna nya, sungguh indah."
"Lho... kau jatuh cinta dengan warna warnanya atau dengan kembang api nya?"
"Ah.. warna warna itu muncul dari kembang api. Maka aku jatuh cinta sekalian dengan kembang api nya."
"Tapi untuk apa jatuh cinta dengan kembang api? Toh kau paham benar cara kerja kembang api kan? Ada untuk sekali saja. Terbang, meledak, memunculkan warna warna indah, lalu hilang tak berbekas."
"Lalu kenapa kalau aku tak jatuh cinta? Itu hak."
"Hak. Tapi kau tak realistis."
"Biarin... Cinta tak pernah berubah menjadi realis. Selalu saja abstrak."
"Ah..."
"Aku mencintai karena aku menyukai. Bukan karena ingin memiliki."
"Ah..."
"Ya kan??? Bener kan??? Manusia tak pernah memiliki apapun kecuali dirinya sendiri."
"Ah..."
"Kok cuma ah ah..."
....................

Tentu saja perdebatan tak berhenti seperti yang kutulis tadi. Perdebatan masih terus
berlangsung, hingga saat ini.
Aku jadi ingat kata kata temanku yang lain, Cinta dan Milik adalah dua hal yang sangat berbeda. Mencintai dan Memiliki tentu saja berbeda pula.

Ah....