Malam beranjak bangun memanggil bintang dan bulan membuat gemerlap malam pada gelap yang semakin mengelam ditingkahi semburat lampu-lampu jalan dan temaram suram penjual-penjual makanan pada warun-warung tenda pinggir jalan yang membuat semuanya seperti berjalan biasa saja seperti malam-malam yang telah lewat atau pula yang akan datang dan disini aku hanya memandang kotak hitam berlayar warna-warni yang terasa semakin indah kedap-kedipnya.
Ada waktu-waktu yang selalu terulang dan terasa menjadi begitu sentimentil saat dinikmatinya sendirian ketika seseorang datang dengan deru motornya diluar kamar yang lalu dengan empat langkah kecilnya sudah menggapai daun pintu hingga tangan-tangan lentiknya mengetuk pintu yang dengan segera terbuka tapi aku tak perlu mengintipnya karena aku tahu itu bukan untukku pula aku tahu siapa yang datang ya dia si perempuan dalam kemalangan yang mungkin tak tahu akhir riwayat cintanya sudah terletak diambang pintu kehampaan untuk segera terbuyar.
Ini adalah waktu-waktu yang terulang dengan setepat-tepatnya sejelas-jelasnya seperti geretak besi rel yang terlindas roda-roda kereta yang kuhapal betul deraknya detaknya.
Tapi ...ah..sudahlah, ini hanya sebuah catatan pda waktu-waktu terulang yang tenggelam pada melankoli kelam malam yang terus setia menungguku tanpa kesah tanpa marah.
Ini hanya sebuah catatan