East Jakarta Industrial Park.
Ohh...ternyata seperti ini ya rasanya jadi buruh. Maka wajar dan pantaslah jika gaji yang mereka terima tidak manusiawi, maka hanya ada satu pikiran. Anarkis saja.
Tapi di sini, pada kepenatan yang luar biasa, dan jari tangan yang rasanya sangat susah untuk ditekuk, aku berkali kali melihat senja yang indah meski tidak dengan warna jingga nya. Aku melihatnya, senja yang membias di atas aspal, menghamburkan udara segar dingin yang tercampur bau bensin dan asap hitam jelaga dari ujung lubang pembuangan.
Maka sesekali kurindukan pula Djokdja, dengan suasan alam idealisme nya yang membuat terlena. Kuimpikan juga berkumpul ramai-ramai pada malam yang ditemani bergelas-gelas Vodka.