Aku biasa memanggilnya Begu, artinya bisu atau gagu. Dia cuma seorang anak kecil yang tinggal di stasiun. Dari pagi sampai akan pagi lagi, dia dan sekian banyak teman-temannya terus berkeliaran di stasiun. Kadang-kadang memang ikut numpang kereta sampai ke Jakarta atau ke Djokdja dengan bekal sapu ijuk yang sudah rusak dan tangkai nya dipotong. Dan begitu kereta bergerak meninggalkan stasiun, mereka sudah siap dengan aksinya, membersihkan lantai gerbong dari remah-remah makanan, bungkus plastik, botol air minum... lalu berharap setiap penumpang mau membagikan sekeping dua uang receh.
Tapi Begu berbeda! Dia bisu...uh...gagu... Pertama kali mengenalnya, tahun 98 lalu saat Ebtanas baru saja lewat dan memberiku kebebasan untuk sekedar pergi tengah malam dan nongkrong di kedai Kindy's Donuts di stasiun. Waktu itu, dia hanya seorang anak kecil lusuh, bau, dengan kulit penuh daki, dan kupikir entah berapa hari sekali dia baru mandi.
Satu malam, sekian bulan yang lalu, kedai Kindy's Donuts lumayan penuh. Travel bag, tas cangklong, tas plastik bertebaran di lantai stasiun. Kami tak peduli, ada tontonan segar yang benar-benar membuat perut sakit menahan tawa. Si Begu bercerita tentang sesuatu (aku lupa tentang apa...) dengan gayanya yang khas penderita tuna wicara. Dia lebih banyak menggunakan bahasa isyarat, mengingatkanku dengan teman-teman seni peran di Djokdja. Ternyata bukan hanya kami yang dibuat terpingkal-pingkal. Para calon penumpang kereta pun ikut tersenyum. Ada sesuatu yang begitu mengharukan waktu itu.
Semalam aku ke kedai Kindy's Donuts. Sepi, teman-teman yang biasa nongkrong sudah berpencar dan menjalani kehidupan baru masing-masing. Si Begu duduk di hadapan dua orang perempuan, entah siapa, dan entah mereka sedang menertawai apa. Lalu dia melihatku, melambaikan tangannya dan bergegas mendatangiku. Tangannya terulur melewati pagar dan menyalami tanganku dengan hangat.
"Uh..uh.." Si Begu menunjuk-nunjuk ke arah dia perempuan tadi. Ia mencoba memberi tahu kalau dua perempuan itu cantik dan seksi. Aku cuma tertawa.
Malam itu, aku baru tahu sejarahnya kehidupannya Si Begu. Dengan terbata-bata dan dibantu teman-teman lain, aku mulai mengartikan gerakan tangannya. Ternyata dia bukan anak asli kota ini, ternyata dia punya dua orang kakak, satu laki-laki satu perempuan, ternyata telinga kirinya tak berfungsi sejak lahir dan dia mulai bisu sejak umur 3 tahun. Ternyata ia berulang tahun besok!
Tenang kawan kecilku, aku akan datang besok malam dan kubawakan kau kue ultah
No comments:
Post a Comment