East Jakarta, Jan 20 04
Sesaat setelah makan pada jam istirahat –tengah malam persis-, dengan rokok yang masih menyala, aku pergi ke jendela dan memandang kerlip lampu dari pabrik-pabrik, tiba-tiba aku merasa seperti Superman yang berada di planet krypton. Ide-ide untuk menulis yang sudah tertahan sejak dari rumah (rumah ???) mendadak lenyap.
Aku mengaduk-aduk isi otak dan mencoba menajamkan perasaan. Kupandangi areal pabrik yang tengah dibangun; lampu eskavator; gerak forklift; tajamnya lampu sorot,adakah yang dapatr membangkitkan kemampuan metaforisku?
Bagaimanapun aku tetap mengambil kertas dan pulpen dari saku celana. Meskipun akhirnya satu bait puisi selesai, aku tetap bingung kemana tujuan penulisanku dan siapa / apa yang terpikirkan?
Demi malam yang selalu berganti pagi, kekuatan apa yang dimiliki tempat ini hingga pikiranku sedemikian kuat terbelenggu?
Di mushalla yang sederhana, yang selalu dipakai beberapa orang untuk tidur ketika mendapat shift malam, sekali lagi aku mencoba menulis. Tetap saja tidak berhasil. Beberapa orang teman masuk, dan salah satunya merebahkan diri di sampingku,
"eh…aku boleh tanya sesuatu?"
"ya, tentu saja.” Kupandangi ia, mencoba menerka kira-kira apa yang akan keluar dari mulutnya"
"mmm…kamu, waktu kecil diajari agama nggak?"
Aku terkejut. Selama beberapa detik wajahku sepertinya sangat kaku. Lalu cepat-cepat kulemparkan senyum padanya.
"kenapa tanya soal itu?"
"ya…nggak pa-pa. Uh….nggak dijawab juga nggak pa-pa kok." Dia cepat-cepat mengubah harapannya dengan tetap menjaga intonasi yang pelan dan rendah.
"kalau begitu aku pilih untuk nggak menjawab." Kataku sambil tetap tersenyum.
Aku mengeluh dalam hati; kujelaskan dengan cara seperti apapun, kalian takkan dapat memahaminya.
Selera menulisku semakin hilang setelah itu. Aku mencoba telentang dan memandang langit-langit. Baru kusadari ternyata langit-langit pabrik ini dilapisi kertas berwarna perak mengkilat, mungkin semacam aluminium foil. Dan aku semakin merasa seperti Superman di planet krypton.
No comments:
Post a Comment