Neobux

Friday, January 16, 2004

Ringan dan Berat

Jika setiap detik dari hidup kita berulang tanpa batas, kita terpaku pada keabadian seperti halnya Isa yang dipaku pada salib. Sebuah hal yang sangat mengerikan.
Dalam dunia dengan perulangan abadi, bobot tanggung jawab yang tak tertahankan terletak pada setiap gerakan yang kita lakukan. Inilah yang menyebabkan mengapa Nietzsche menyebut gagas perulangan abadi sebagai beban yang teramat berat ( das schweste Gewicht )
Apabila perulangan abadi adalah beban terberat, hidup kita akan terus berlangsung menurut cara yang sungguh enteng (atau berat).
Namun apakah beratnya hidup patut disesalkan dan entengnya hidup itu sungguh baik?
Beban-beban yang terberat menabrak kita, kita tenggelam di bawahnya, beban-beban itu menekan kita hingga ke bawah. Akan tetapi dalam sajak cinta sepanjang masa, wanita rindu ditekan tubuh pria. Oleh karenanya secara simultan beban terberat adalah suatu gambaran mengenai pemenuhan hidup yang paling intens. Semakin berat, semakin dekat hidup dengan dunia, semakin nyata dan benar pula hidup itu.
Tiadanya beban secara absolut menyebabkan orang menjadi lebih ringan daripada udara, terbang membubung ke angkasa, meninggalkan dunia dan hakikat duniawinya, dan menjadi setengah riil, gerakannya sebebas ketakberartiannya.
Manakah yang kita pilih? Yang berat atau yang ringan?
Parmenides pernah mengajukan pertanyaan ini pada abad ke enam sebelum Masehi. Ia melihat dunia terbagi dalam pasangan yang berlawanan : terang/gelap, halus/kasar, ada/tiada. Oposisi yang satu disebut positif (terang, halus, ada) dan yang lainnya negatif. Dengan entengnya kita dapat mengelompokkan pembagian ini ke dalam kutub positif negatif, tetapi yang paling sulit adalah menentukan mana yang positif dan mana yang negatif.
Parmenides menjawab: yang ringan positif, yang berat negatif.
Apakah dia benar atau salah? Itulah persoalannya. Satu-satunya kepastian adalah oposisi yang ringan/yang berat adalah oposisi yang paling berat dan yang paling ambigu.

1 comment: